Teater Potlot Suarakan Lanskap Budaya lewat 'Rawa Gambut'
A
A
A
LAMPUNG - Teater Potlot kembali mementaskan drama Rawa Gambut di Taman Budaya Lampung, setelah sukses tampil di Palembang. Pentas kedua ini merupakan rangkaian tur pentas mereka di Sumatera.
Drama Rawa Gambut yang dipentaskan pada 30 September nanti ini ditulis dan disutradarai Conie Sema dengan cerita pergulatan manusia di wilayah gambut Pesisir Pantai Timur Sumatera. Dimulai dari kehidupan tradisional masyarakat di sana, sampai masuknya perusahaan perkebunan besar.
Drama berdurasi sekitar satu jam ini tidak hanya menyuarakan kerusakan lahan gambut, juga mengingatkan pemerintah atas banyaknya temuan arkeologi situs dan artefak masa Sriwijaya di wilayah tersebut.
Pentas Rawa Gambut ingin menginterupsi penataan lansekap berkelanjutan di kawasan gambut di Pesisir Pantai Timur Sumatera itu agar tidak hanya berorientasi ekologi dan ekonomi, tetapi juga budaya.
“Gambut adalah sebuah peradaban manusia. Perlu ada lansekap budaya di sana. Penguasaan bentang alam untuk kegiatan ekonomi sekarang ini, sangat tidak adil, terutama bagi kelangsungan hidup anekaragam hayati,” kata Conie.
“Jutaan hektare bentang alam di sana, dihabisi cuma untuk sawit dan akasia,” tambah dia.
Pentas keliling ini mengingatkan semua orang, selain hancurnya kehidupan gambut di kawasan pesisir Pantai Timur Sumatera, juga keberadaan jejak sejarah dan peradaban dibiarkan musnah akibat aktivitas pengelolaan perkebunan dan industri.
Teater Potlot berharap kebijakan pengelolaan lansekap berkelanjutan harus mengintegrasikan lansekap budaya. Tidak berorientasi secara ekologis dan ekonomis semata.
Pentas “Rawa Gambut Road Sumatera” ini didukung 25 personel yang sebagian besar anggota baru. Aktor yang akanterlibat, antara lain Dian Anggraini, M Arie Zainun Najib, Nurul Rohmawati, Nadya Yunara, Yovi Sanjaya, Tabita Magdalena, Junardi, Feri Setiawan, Mindayu Nantashinta, Lidiyana, Putri Mariani, Aryanti Wulan Dari, Wahidah Shella Nuraini, Muhammad Deni Soleh Akbar, Robby Saputra, Ferlida Fitri, Ivan Setiawan, dan Mei Novita Sari.
Diperkuat Stage dan Property; Heru Antoni dan Zulkarnaen David, Koreografer: Dian Anggraini, Musik: Asep Supriadi dan Dirga Harto Pratomo, Lighting: Andri Ardianto, Busana: Basa Natalia Angelia Lubis, Make Up: Dian Arza Dance Company, Fotografi: David Larves Aura dan Erwin Sajjah, Videografi:Yudi Semai dan Andres Afandi, Grafis: Ferdiansyah Sema’i. Pimpinan Produksi: Yudi Semai, Sekretaris Produksi: David Larves Aura, Naskah dan Sutradara: Conie Sema, dan Endorsement: T. Wijaya.
Pimpinan Produksi Yudi Semai mengatakan pementasan Rawa Gambut di Lampung mengalami banyak perubahan dari yang dipentaskan di Palembang, 3-5 Maret 2017 lalu.
“Secara artistik penggarapan, jumlah pemain, kostum, juga blocking-blocking permainan, nyaris berubah total,” terang Yudi.
Drama Rawa Gambut yang dipentaskan pada 30 September nanti ini ditulis dan disutradarai Conie Sema dengan cerita pergulatan manusia di wilayah gambut Pesisir Pantai Timur Sumatera. Dimulai dari kehidupan tradisional masyarakat di sana, sampai masuknya perusahaan perkebunan besar.
Drama berdurasi sekitar satu jam ini tidak hanya menyuarakan kerusakan lahan gambut, juga mengingatkan pemerintah atas banyaknya temuan arkeologi situs dan artefak masa Sriwijaya di wilayah tersebut.
Pentas Rawa Gambut ingin menginterupsi penataan lansekap berkelanjutan di kawasan gambut di Pesisir Pantai Timur Sumatera itu agar tidak hanya berorientasi ekologi dan ekonomi, tetapi juga budaya.
“Gambut adalah sebuah peradaban manusia. Perlu ada lansekap budaya di sana. Penguasaan bentang alam untuk kegiatan ekonomi sekarang ini, sangat tidak adil, terutama bagi kelangsungan hidup anekaragam hayati,” kata Conie.
“Jutaan hektare bentang alam di sana, dihabisi cuma untuk sawit dan akasia,” tambah dia.
Pentas keliling ini mengingatkan semua orang, selain hancurnya kehidupan gambut di kawasan pesisir Pantai Timur Sumatera, juga keberadaan jejak sejarah dan peradaban dibiarkan musnah akibat aktivitas pengelolaan perkebunan dan industri.
Teater Potlot berharap kebijakan pengelolaan lansekap berkelanjutan harus mengintegrasikan lansekap budaya. Tidak berorientasi secara ekologis dan ekonomis semata.
Pentas “Rawa Gambut Road Sumatera” ini didukung 25 personel yang sebagian besar anggota baru. Aktor yang akanterlibat, antara lain Dian Anggraini, M Arie Zainun Najib, Nurul Rohmawati, Nadya Yunara, Yovi Sanjaya, Tabita Magdalena, Junardi, Feri Setiawan, Mindayu Nantashinta, Lidiyana, Putri Mariani, Aryanti Wulan Dari, Wahidah Shella Nuraini, Muhammad Deni Soleh Akbar, Robby Saputra, Ferlida Fitri, Ivan Setiawan, dan Mei Novita Sari.
Diperkuat Stage dan Property; Heru Antoni dan Zulkarnaen David, Koreografer: Dian Anggraini, Musik: Asep Supriadi dan Dirga Harto Pratomo, Lighting: Andri Ardianto, Busana: Basa Natalia Angelia Lubis, Make Up: Dian Arza Dance Company, Fotografi: David Larves Aura dan Erwin Sajjah, Videografi:Yudi Semai dan Andres Afandi, Grafis: Ferdiansyah Sema’i. Pimpinan Produksi: Yudi Semai, Sekretaris Produksi: David Larves Aura, Naskah dan Sutradara: Conie Sema, dan Endorsement: T. Wijaya.
Pimpinan Produksi Yudi Semai mengatakan pementasan Rawa Gambut di Lampung mengalami banyak perubahan dari yang dipentaskan di Palembang, 3-5 Maret 2017 lalu.
“Secara artistik penggarapan, jumlah pemain, kostum, juga blocking-blocking permainan, nyaris berubah total,” terang Yudi.
(tdy)